Oleh : Mahbub Alwathoni
(Artikel sebelumnya pernah dimuat di harian Pontianak Post 2017)
Jurnal penelitian dari Mishra dan Koehler (2006) dengan judul Technological Pedagogical Content Knowledge : A framework for Teacher Knowledge, sampai saat ini telah menjadi acuan oleh banyak peneliti dan praktisi pendidikan dalam upaya mengembangkan beberapa model pembelajaran. Istilah yang kemudian dikenal dengan TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) adalah sebuah framework (kerangka kerja) dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogi dan konten/materi pengetahuan (ontologis).
(Artikel sebelumnya pernah dimuat di harian Pontianak Post 2017)
Jurnal penelitian dari Mishra dan Koehler (2006) dengan judul Technological Pedagogical Content Knowledge : A framework for Teacher Knowledge, sampai saat ini telah menjadi acuan oleh banyak peneliti dan praktisi pendidikan dalam upaya mengembangkan beberapa model pembelajaran. Istilah yang kemudian dikenal dengan TPACK (Technological, Pedagogical, Content Knowledge) adalah sebuah framework (kerangka kerja) dalam mendesain model pembelajaran baru dengan menggabungkan tiga aspek utama yaitu teknologi, pedagogi dan konten/materi pengetahuan (ontologis).
Kemajuan teknologi informasi yang
sedemikian pesatnya, adalah sebuah keniscayaan bahwa guru harus menguasai
teknologi untuk kemudian digunakan sebagai media pendukung dalam kegiatan
pembelajaran. Beberapa contoh penerapan
teknologi dalam pembelajaran adalah seperti gagasan yang ditawarkan oleh NACOL
(North American Council for Online
Learning), yaitu model pembelajaran campuran (blended learning). Pada
model ini pembelajaran tidak terfokus pada kegiatan tatap muka dikelas (face to face), tetapi menggunakan juga
teknologi berbasis web (online learning)
untuk mendukung kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dikelas. Blended
learning akhirnya menjadi model pembelajaran yang cukup efektif, suasana yang jenuh belajar dikelas dapat
diatasi dengan kegiatan belajar yang menyenangkan dan interaktif secara
online. Penggunaan teknologi yang berbasis web
ini mungkin terbilang cukup mahal, karena membutuhkan perangkat elektronik
seperti komputer, laptop ataupun smart phone.
Namun teknologi yang dimaksudkan dapat juga berupa alat-alat peraga (tools) hasil pengembangan kreatifitas
para guru, dan tetap mengacu pada kebaruan teknologi.
Selain penggunaan teknologi sebagai
media belajar, dalam framework TPACK,
pedagogi adalah aspek penting yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran.
Pedagogi bukan saja bagaimana
mengembangkan seni-seni dalam mengajar,
atau mendesain kelengkapan instrumen-instrumen proses dan penilaian
dalam pembelajaran, namun dituntut juga memahami siswa secara psikologis dan
biologis. Dalam pemikiran secara
pedagogis ini akhirnya ada sebuah penekanan, bahwa guru yang berhasil bukanlah
guru yang hanya bisa menjadikan siswanya pintar seperti dirinya, namun lebih
dari itu yakni berhasil membantu siswa dalam menemukan dirinya sendiri. Minat, bakat serta karakter peserta didik akhirnya
harus dipahami oleh seorang guru.
Konten pengetahuan (Content knowledge) pada kerangka kerja
TPACK, adalah elemen dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru sesuai
disiplin keilmuannya. Rata-rata nilai
UKG yang cukup rendah di Jawa Tengah atau dibeberapa daerah lainnya, adalah
potret yang cukup memprihatinkan dalam dunia pendidikan. Masalah ini memang perlu “sentuhan tangan”
pemerintah untuk lebih serius lagi dalam membuat regulasi yang lebih ketat
terkait guru profesional. Pada
kenyataannya dilapangan banyak diantara guru profesional (bersertifikasi) yang
justru salah “masuk ruang” (mismatch), sebagai contoh guru Kimia dari lulusan S1
Pertanian/Kehutanan, guru Bahasa Indonesia dari lulusan S1 Biologi dan
sebagainya. Untuk meningkatkan content knowledge, latar belakang
pendidikan sangatlah penting, selain itu
guru tidaklah cukup hanya mengandalkan text
book semata, namun perlu didukung dengan men-update informasi terkini bidang
keilmuan terkait yang dipublikasikan oleh lembaga-lembaga jurnal penelitian terpercaya.
TPACK akhirnya sebuah kerangka kerja
untuk peneliti dan praktisi pendidikan, dalam upaya untuk mengemas dan
mengembangkan model pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran melalui
proses yang lebih baik. Pengetahuan teknologi,
pedagogi, dan konten/materi pengetahuan, seyogianya terkumpul dalam diri seorang
guru. Namun hemat penulis,
sepertinya ada yang kurang lengkap dari
gagasan besar Mishra dan Koehler (2006) tentang TPACK, yaitu kepribadian yang
santun (good personality) yang harus dimiliki seorang guru. Kenakalan peserta didik, pergaulan bebas,
hingga kasus kriminal yang dilakukan oleh peserta didik, sudah mirip deret
hitung yang setiap tahunnya mengalami “kemajuan” pesat. Oleh karenanya dipelukan kesadaran kolektif guru
dalam mencermati masalah serius ini.
Dampak kemajuan teknologi informasi, pengaruh lingkungan tempat tinggal
atau latar belakang keluarga, diyakini sebagai yang paling bertanggungjawab terhadap
merosotnya moral dikalangan belajar.
Implementasi kurikulum nasional (kurikulum
2013) yang telah banyak diterapkan oleh satuan pendidikan, dari tingkat SD
hingga SMA, memberikan amanat yang besar dalam membentuk sikap dan karakter
peserta didik untuk menjadi insan berakhlak mulia. Pembentukan sikap tidak hanya tanggungjawab
guru-guru agama ataupun guru budi pekerti,
nilai-nilai sikap yang terintegrasi pada semua mata pelajaran, akhirnya
semua guru memiliki tanggungjawab yang sama dalam menghasilkan outcome peserta didik yang berakhlak
mulia. Profesi guru akhirnya bukan
profesi sembarangan, tidak sekedar bertugas mentransfer pengetahuan atau
mengkonstruksi pengetahuan, tetapi ada yang lebih berat yakni menjadikan diri
seorang guru sebagai “kiblat” dalam berakhlak mulia, dilingkungan tempat
tinggal dan terlebih lagi dilingkungan pendidikan (sekolah).
Tambahan berupa aspek kepribadian (personality) pada kerangka kerja TPACK (technological, pedagogical, content knowledge)
yang akhirnya menjadi TPACK-P (personality),
adalah usaha sistematis – terpadu dalam melahirkan dan membentuk guru masa
depan yang penuh tantangan. Penguasaan
teknologi, ketrampilan pedagogi, kompeten dalam disiplin keilmuan, yang
dibungkus dengan kepribadian yang baik (good
personality), adalah profil guru yang memberi secercah harapan dalam upaya
transformasi peradaban yang lebih baik, amin. (Penulis : Mahbub Alwathoni. Artikel ini sebelumnya telah dimuat di JawaPos Group - Pontianak Post)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar Pertanyaan Untuk Postingan Ini